Diskusi lintas budaya
Dua puluh lima pejabat tinggi regulator keuangan Indonesia mengunjungi sebuah kota kecil di Victoria, Australia, untuk berdiskusi dengan masyarakat setempat mengenai keuangan inklusif dan bagaimana mereka mengatur keuangan.
[Click here to read this article in English.]
Delegasi termasuk pejabat dari kantor Wakil Presiden (TNP2K), Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Lembaga Penjamin Simpanan, dan Otoritas Jasa Keuangan.
Mereka mengunjungi Australia untuk mempelajari keuangan inklusif bagi wanita dalam kursus singkat yang didanai pemerintah Australia dan diselenggarakan oleh Monash Business School dan The Australia-Indonesia Centre.
Para peserta mempelajari bagaimana penduduk setempat menggunakan aplikasi perbankan dan layanan tanpa uang tunai, mengakses kesejahteraan sosial, perawatan kesehatan yang didanai pemerintah, dana pensiun, dan keterjangkauan perumahan.
Delegasi tersebut mengunjungi Morwell, sebuah kota pertambangan batubara dan pembangkit listrik di Latrobe Valley, negara bagian Victoria.
Morwell sedang mengalami transisi ekonomi setelah pembangkit listrik tenaga batubara Hazelwood, yang mempekerjakan 700 orang, ditutup pada tahun 2016.
Wilayah ini sedang mencari cara untuk melatih kembali para pekerja karena generator batubara secara bertahap dihapus demi energi terbarukan sejak target pengurangan emisi diperkenalkan oleh pemerintah Victoria.
Direktur Kemitraan Monash Business School, Edward Buckingham, mengatakan Morwell adalah perwakilan ekonomi regional Australia yang sempurna karena terdiri dari pertambangan, teknik dan pertanian.
Dia mengatakan delegasi Indonesia sebelumnya telah mengunjungi Morwell beberapa tahun yang lalu setelah Hazelwood ditutup, untuk membahas infrastruktur dan ekonomi lokal.
Dr Buckingham mengatakan kunjungan tersebut memberikan peluang untuk menjembatani kesenjangan antara kedua negara dan memperkuat ikatan ekonomi dan kesadaran budaya.
“Australia memiliki potensi yang besar untuk bekerjasama dengan Indonesia dalam perdagangan dan investasi. Secara politik, kita bersahabat dan memiliki kepentingan bersama, ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan bagaimana kami dapat berbagi kepentingan dan bagaimana kami dapat bekerjasama,” ungkapnya.
Dr Buckingham mengatakan Indonesia kaya dengan sumber daya manusia yang siap memiliki ekonomi lebih besar dari Inggris pada 2050 – Jika mereka dapat memanfaatkan aset demografisnya.
“Keuangan inklusif adalah sebuah kisah pemberdayaan, dan ketika wanita lebih terjamin secara finansial, hal itu akan berdampak pada keluarga, melalui kesehatan, pendidikan, nutrisi dan ini menguntungkan generasi selanjutnya,” lanjutnya.
“Ini memungkinkan mereka menjadi panutan dan memungkinkan mereka untuk mengakumulasi modal dan aset yang akan membuka peluang.”
Ketua kelompok kerja kebijakan bantuan sosial, Ibu Kusumastuti, sedang mengerjakan rencana nasional untuk mengurangi percepatan kemiskinan di Indonesia.
Dia bertemu dengan seorang perwakilan dewan lokal, serta pria asal Morwell yang menerima pensiun dari pemerintah untuk mempelajari layanan yang didanai oleh pemerintah negara bagian.
“Saya belajar bahwa peraturan di Australia jelas dan masyarakat memahami aturan tersebut. Australia adalah negara maju dengan sistem yang matang, peraturan yang jelas dan dengan keuangan inklusif yang kuat,” menurut Ibu Kusumastuti.
“Australia memiliki perlindungan sosial yang sangat baik – tidak hanya untuk yang miskin – tetapi untuk semua orang. Saya pikir saat saya berbicara pada orang di Australia, mereka senang dengan apa yang mereka dapatkan.”
“Tapi saya juga menilai tidak semua masyarakat dalam kondisi baik, tetapi pemerintah akan membantu Anda karena Anda dapat pergi ke Centrelink [agen kesejahteraan sosial yang didanai pemerintah],” ungkapnya.
Ibu Kusumastuti mengatakan ada dorongan dari pemerintah Indonesia untuk meningkatkan dan menyediakan akses yang lebih baik ke lembaga keuangan.
Dia mengatakan pemerintah memberikan insentif dan bantuan sosial bagi orang-orang untuk membuka rekening bank di seluruh penjuru kepulauan.
Delegasi Indonesia juga mengunjungi Newcastle di New South Wales, bekas kota baja yang menghadapi transisi ekonomi, serta Sydney dan Melbourne.