Warga desa menyambut hangat temuan PAIR tentang rumput laut
Seperti diberitakan sebelumnya, para peneliti telah menghabiskan waktu berbulan-bulan di desa-desa tersebut dan desa-desa lainnya untuk mengumpulkan wawasan tentang bagaimana menjadikan industri ini lebih berkelanjutan dan produktif sekaligus menjalin hubungan dengan masyarakat setempat.
Dua lokakarya atau ‘acara diseminasi’ diadakan di desa-desa pada bulan lalu oleh peneliti junior Imran Lapong, Risya Arsyi Armis dan Radhiyah Ruhon, dan sebagian besar penduduk setempat yang hadir adalah petani yang sama yang membantu proyek PAIR.
“Sesi ini merupakan bagian penting dari program PAIR dan dilaksanakan karena memungkinkan adanya transfer informasi dan berbagi pengetahuan,” kata Radhiyah.
“Saya yakin merupakan tanggung jawab intelektual para peneliti untuk menyampaikan temuan penelitian yang mereka lakukan di lokasi penelitian.”
Lebih dari 60 orang menghadiri lokakarya di Laikang dan lebih dari 50 orang di Pitusunggu.
Radhiyah mengatakan, pemaparan diawali dengan sejarah evolusi industri rumput laut di Sulawesi Selatan sejak abad ke-17 M, dilanjutkan dengan diskusi mengenai strategi pengeringan.
Mereka berbicara mengenai rantai nilai rumput laut, dimana sekitar 70 hingga 80 persen produk rumput laut Sulawesi Selatan, baik mentah maupun olahan, diekspor ke Tiongkok.
“Lebih lanjut dari sesi diskusi, kami mengetahui bahwa pasokan benih dan kurangnya modal merupakan permasalahan yang sering terjadi di kedua lokasi tersebut, selain fluktuasi harga rumput laut kering dan permasalahan hama penyakit,” kata Radhiyah.
Setelah mendengarkan presentasi, para petani memberikan masukan, melakukan aktivitas dimana mereka menuliskan dua hingga tiga kata kunci terkait tantangan yang mereka hadapi.
Beberapa wawasan lain yang diperoleh:
- Para petani memerlukan data dan informasi pendukung yang disajikan dalam format atau infografis yang sederhana dan mudah dipahami, yang merinci waktu budidaya yang tepat untuk setiap jenis rumput laut.
- Informasi tambahan dan penjelasan ilmiah secara lugas mengenai penyebab kematian atau pembusukan rumput laut, serta cara meminimalkan kerugian berdasarkan masing-masing penyebabnya.
- Petani disarankan untuk berhati-hati dalam mengikuti tren penggunaan pupuk untuk budidaya rumput laut untuk menghindari kerusakan ekologi jangka panjang dan penurunan produksi.
- Beberapa pekerja yang mengikat bundel rumput laut mengalami rasa gatal dan mencari solusi untuk masalah ini.
Radhiyah mengatakan meskipun penelitian telah dilakukan di masa lalu, namun belum ada kegiatan serupa yang dilakukan “sehingga para petani [sebelumnya] tidak mengetahui informasi apa yang telah dikumpulkan dari desanya dan apa saja temuan dari penelitian tersebut”.
Peneliti Imran mengaku merasa terharu dengan sambutan hangat yang diberikan masyarakat setempat sekembalinya kepulangannya.
“Hal ini menggarisbawahi pentingnya melakukan penelitian isu sosial dengan hati-hati, bukan terburu-buru,” katanya.
“Membangun kepercayaan masyarakat sangat penting untuk meningkatkan keterbukaan dan kemauan untuk berpartisipasi dalam upaya penelitian kami.”
Peneliti Risya diyakinkan karena mengetahui kehadirannya dihargai oleh penduduk desa, “walaupun pertanyaan saya mungkin mengganggu di masa lalu”.
“Hati saya dipenuhi kebahagiaan karena disambut dengan senyum cerah dan pelukan hangat,” kata Risya.
Australia-Indonesia Centre telah memfasilitasi sejumlah proyek penelitian penting dalam industri rumput laut Indonesia, termasuk peningkatan berkelanjutan industri rumput laut Sulawesi Selatan, Mengembangkan penilaian cepat terhadap kualitas rumput laut dan Tinjauan program pendidikan dan pelatihan kejuruan dalam menginformasikan masa depan rumput laut. industri di Sulawesi Selatan.
Gambar fitur oleh PAIR