Cetak biru ditetapkan untuk memberikan berbagai manfaat pendidikan

Pendidikan telah diidentifikasi sebagai titik fokus dalam Cetak Biru Pemerintah Australia untuk Perdagangan dan Investasi di Indonesia.

Cetak Biru bertujuan untuk membantu perusahaan Australia menumbuhkan hubungan perniagaan dan mengembangkan peluang baru setelah dimulainya Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia – Australia (IA-CEPA).

Menurut penulis bab pendidikan, pandemi telah mempercepat adopsi pendidikan online, sementara Presiden Joko Widodo telah berbicara tentang pentingnya “pengembangan sumber daya manusia”.

Direktur Eksekutif AIC Dr Eugene Sebastian mengatakan bahwa AIC berkontribusi sebagai anggota Grup Referensi Bisnis dan sebagai penulis bab pendidikan keterampilan dan pelatihan, setelah menerima undangan dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan.

“Keterlibatan AIC merupakan bentuk kontribusi AIC terhadap hubungan bilateral – terutama promosi aktif kami atas pemahaman kontemporer satu sama lain dan menumbuhkan hubungan antar masyarakat dalam sains, penelitian dan pendidikan,” menurut Dr Sebastian.

Dr Sebastian mengatakan bahwa pendidikan sangatlah penting untuk sebuah hubungan bilateral.

“Mengatasi kesenjangan keterampilan yang semakin melebar dan mempersiapkan lapangan pekerjaan di masa depan adalah prioritas utama Indonesia,” ungkapnya.

“Pada 2030, Indonesia membutuhkan 57 juta pekerja terampil. Untuk mencapai tujuan ini, Indonesia perlu bermitra dengan negara lain untuk menangani skala aspirasinya. Geografi, sejarah, reputasi, dan keberpihakan institusional lainnya menempatkan kami pada posisi unik untuk berpartisipasi.”

Dalam peluncuran Cetak Biru, Menteri Perdagangan, Pariwisata dan Investasi Dan Tehan mengatakan membangun kemitraan yang lebih luas dan lebih kuat di Indonesia akan “meningkatkan pemulihan ekonomi pasca pandemi”.

Ia mengatakan bahwa dua ekonomi terbesar di Asia Tenggara saat ini memiliki perjanjian perdagangan (IA-CEPA) dan Cetak Biru yang saling “melengkapi dan mendukung kepentingan bersama kami dalam membina kawasan yang aman dan sejahtera.”

Dr Sebastian mengatakan Cetak Biru menyampaikan pesan penting.

“Pertama, pandemi COVID-19 meningkatkan peluang solusi teknologi inovatif yang dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan mencapai hasil belajar yang lebih baik,” menurutnya.

Ia menekankan bahwa Indonesia membutuhkan keterampilan tambahan di tingkat nasional, sektoral dan subnasional, dimana kebutuhan tersebut didukung oleh rencana pembangunan, peraturan, dan peta jalan tematik dalam beberapa kasus.

Dia juga mengidentifikasi kemitraan strategis, usaha patungan dan konsorsium sebagai opsi komersial untuk penyedia pendidikan.

“Melihat masa depan dan skala tantangan, model konsorsium mungkin memiliki keuntungan terbesar bagi Indonesia dan Australia,” menurut Dr Sebastian.

Direktur AIC Indonesia Kevin Evans mengatakan bahwa Australia berada di “box seat” untuk menyediakan pendidikan di Indonesia.

“Ketika orang Indonesia sering memikirkan kebutuhan pendidikan dan pelatihan mereka, Australia adalah tempat pertama yang muncul di benak mereka,” ungkap Kevin.

“Untuk tetap menjadi mitra utama Indonesia, kami perlu terus berinovasi dan menciptakan bentuk kemitraan dan penyampaian baru termasuk melalui sistem penyampaian digital yang baru.

“IA-CEPA tentu menawarkan beberapa sarana berharga untuk membantu memajukan kemitraan ini dalam pendidikan dan pelatihan.”

Menteri Tehan mengatakan Cetak Biru tersebut menguraikan beberapa sektor di mana kedua negara dapat bekerja sama.

“Cetak Biru menyoroti peluang bagi perusahaan Australia di bidang kesehatan dan perawatan lanjut usia, pertanian dan pangan, pendidikan dan pelatihan serta sumber daya dan layanan energi,” menurut Tehan,

Menurut dokumen Cetak Biru, “investasi besar” diperlukan untuk membantu Indonesia memanfaatkan keuntungan demografis dari populasi muda, bertumbuh dan urbanisasi.

Digital Communications Coordinator
The Australia-Indonesia Centre

Sign up to our twice-weekly Media Update