Berita Duka: Professor Ariel Liebman

Australia-Indonesia Centre berduka dan kehilangan atas wafatnya seorang rekan yang kita hormati, Profesor Ariel Liebman.

 

Kemitraan Ariel dengan AIC dimulai segera setelah AIC didirikan, ketika Ia ditunjuk sebagai salah satu pemimpin kelompok peneliti di bidang energi.

Ariel merupakan seorang peneliti, seorang aktivis dan seorang pejuang yang penuh semangat untuk menguatkan kerja sama antara jaringan mitra universitas kami di Australia dan Indonesia. Ariel memiliki latar belakang profesional yang luas termasuk di bidang akademis dan dunia usaha serta dikombinasikan dengan antusiasme yang tinggi untuk menjalin kemitraan baru di antara berbagai komunitas dan pemangku kepentingan.

Direktur Indonesia untuk AIC, Kevin Evans, mengenang saat Ariel memberi tahu AIC bahwa Monash University telah bergabung dengan Cooperative Research Centre, CRC bernama RACE for 2030 di bidang energi yang andal, terjangkau, dan bersih. Dia menyarankan agar AIC menghubungi ketiga universitas mitra AIC di Indonesia yang bekerja di bidang energi guna meminta apakah mereka tertarik untuk turut menjadi investor dalam CRC ini.

Setelah masing-masing dihubungi, mereka segera sepakat untuk bergabung. Dalam perannya sebagai Direktur Monash Energy Institute Ariel bekerja untuk mengembangkan program pasca sarjana yang melibatkan peneliti muda dari ketiga universitas mitra kami di Indonesia dalam CRC ini. Teman sekaligus rekannya, Dr Max Richter, mengatakan ini adalah salah satu dari sekian banyak proyek andalan Ariel yang berkaitan dengan Indonesia. Salah satu warisan dari pekerjaan andal ini akan terlihat sebagai buah dari kiprah Ariel yang terus berkontribusi pada kerja sama antar peneliti kedua negara.

Max Richter mengatakan bahwa “sikap inklusif Ariel yang selalu ceria dengan kecerdasan cemerlang adalah bagian besar dalam hidup saya sejak kami bertemu di awal masa AIC hingga kewafatannya yang tragis”.

“Dalam dunia transformasi energi yang penuh dengan teknologi tinggi, Ariel menanggapi argumen saya untuk penelitian etnografi tingkat lokal dengan sangat serius sehingga kami akhirnya melakukan perjalanan bersama ke desa-desa terpencil di kepulauan Kei di kawasan timur Indonesia.”

“Di sana dan di tempat lain dia berbagi pengetahuannya serta mendengarkan langsung pengalaman, keprihatinan dan aspirasi masyarakat setempat mengenai energi dan kehidupan secara lebih luas”.

Ketertarikan Ariel terhadap lingkungan hidup dan perubahan iklim menjadikannya pemimpin di bidangnya dan mendapat kehormatan dari jaringan rekan-rekannya di Indonesia.

Adhityani Putri bekerja dengan kelompok peneliti energi AIC untuk menguatkan kerja sama antara pemangku kepentingan. Dia mengatakan bahwa Ariel adalah mentor dan teman yang baik bagi banyak aktivis dan peneliti Indonesia yang bekerja di bidang transisi energi di Indonesia.

“Ada banyak contoh ketika kita dihadapkan pada hambatan dan frustasi dalam upaya memajukan transisi energi di lingkungan yang begitu kompleks.”

“Ide dan wawasan Ariel dapat menjadi pembaharuan energi dan semangat kita dalam berinovasi dalam berkarya. Narasi transisi energi di Indonesia tidak akan berkembang sejauh ini tanpa bimbingan dan dukungan beliau”.

Andre Susanto menjalin persahabatan selama delapan tahun dengan Ariel, dimulai saat ia bekerja sebagai pakar energi baru dan terbarukan di tim energi AIC.

“Minat dan semangatnya terhadap perubahan iklim dan bagaimana ia dapat berpartisipasi dalam percepatan transisi energi sudah jelas, namun hal ini tidak pernah mengaburkan penilaiannya terhadap realitas implementasi transisi energi.”

Ia mengingat Profesor Liebman sebagai seseorang yang antusias mendiskusikan tantangan dan mendengarkan sudut pandang lain.

“Dia mendorong dan membangun orang-orang di sekitarnya untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Luas dan dalamnya pengetahuannya melampaui batas disiplin akademisnya dan dia selalu bersedia membagikan pengetahuannya.”

Ariel Liebman juga dikenal karena kecintaannya pada musik Romantis Baru awal tahun 80-an, Alan Watts dan Buddhisme Zen, alam dan persahabatan.

 

Makan siang pada hari Minggu untuk membahas transisi energi Indonesia dengan beberapa anggota kelompok penelitian energi AIC. Dari kiri ke kanan: Adhityani Putri, Prof Ariel Liebman, Kevin Evans dan Dr Max Richter. Foto milik: Adhityani Putri.

 

Salah satu mitra penelitian jangka panjang Ariel lainnya adalah Dr Muhammad Bachtiar Nappu dari Universitas Hasanuddin, Makassar, yang mengamati temannya “banyak kenangan selama 15 tahun terakhir. Ariel dulu menjadi penguji PhD saya di Universitas Queensland pada tahun 2009, kami berbagi podium yang sama dengan para undangan sebagai narasumber utama mengenai isu-isu energi terbarukan hingga memulai kolaborasi penelitian antar institusi kami.”

“Kami dipastikan merindukan antusiasme, semangat, dan kebaikannya.”

Dr Ulfah Siregar dari Institut Pertanian Bogor mulai bekerja dengan Ariel sebagai co-lead di Cluster Energi AIC sejak tahun 2014.

Dia menunjukkan selera humornya yang luar biasa “pada masa-masa awal pengembangan penelitian kolaboratif AIC, saya mengeluh kepadanya bahwa politisi di Indonesia tidak pernah mendengarkan ilmuwan. Dan Ariel mengejutkan saya dengan berkata, “Apakah menurut Anda Australia tidak seperti itu? Itu sama. Lucu sekali!”

“Ariel selalu ramah, penuh perhatian dan akomodatif serta sangat ilmiah”.

Australia-Indonesia Centre menyampaikan belasungkawanya kepada keluarga Profesor Ariel Liebman dan jaringan pertemanannya yang luas. Semangat, komitmen dan kecerdasannya akan dirindukan.

Gambar halaman depan: Kunjungan oleh Prof Ariel Liebman (tengah) bersama Dr Muhammad Bachtiar Nappu (kiri Prof Ariel) ke Kelompok Keahlian Sistem Tenaga dan Energi Universitas Hasanuddin. Foto milik Dr Bachtiar

Picture of Kevin Evans

Direktur Indonesia
The Australia-Indonesia Centre

An initiative of The Australia-Indonesia Centre

Other initiatives:

Lead Agency

Principal Partners

The Australia-Indonesia Centre (AIC) is a bilateral collaborative research initiative established by the governments of both countries, leading universities and industry. Its mission is to advance people-to-people links in science, technology, education and innovation.

We acknowledge that our Melbourne office is on the traditional lands of the Boonwurrung and Wurundjeri peoples of the Kulin Nation. We pay our respects to their Elders past, present and emerging. © The Australia-Indonesia Centre 2024