AIC agreement with Indonesian Research Ministry
The value of a collaborative research model between Australia and Indonesia has been further recognised with the signing of an agreement that sets a framework for the future.
The Ministry of Research and Technology/National Research and Innovation Agency (Ristek/BRIN) of the Republic of Indonesia and Monash University for the Australia Indonesia Centre (AIC) have today signed a Memorandum of Agreement that will strengthen the commitment to joint research and the mutual benefits that come from it.
The AIC works with researchers from eleven universities – seven in Indonesia and four in Australia – on a wide variety of social, economic and development issues that are important to local communities. The findings from these are used to inform public discussion and policy consideration.
The MoA provides a framework for this collaboration and includes broader aspects such as the potential to create research centres of excellence, the potential for commercialisation, and an understanding that the relationship is intended to be long lasting. The underlying intent of the MoA is to forge solid and institutionalised partnerships between universities in both countries.
The virtual signing was done by Dr Mego Pinandito, Secretary of the Ministry of Research and Technology/National Research and Innovation Agency and Prof Abid Khan, Deputy Vice-Chancellor and Vice-President (Global Engagement) in the presence of Mr Harold Mitchell AC, Chair of The Australia-Indonesia Centre Board and Dr Eugene Sebastian, Executive Director of the AIC.
“The AIC has a strong record in collaborative research and we are delighted that this is acknowledged and further supported by the Indonesian Government with this formal agreement,” said Dr Sebastian.
“We look forward to the potential of this agreement and building on the strong links that have been created between universities, communities and government.”
The Australian Government has acknowledged the commitment of the Indonesian Ministry and Agency (Ristek/BRIN) to engage in research cooperation.
According to Elizabeth Campbell-Dorning, Education Counsellor at the Jakarta Embassy, the agreement is a “great demonstration of what Australia and Indonesia can achieve together.”
“The work the Australia-Indonesia Centre (AIC) does is a fantastic example of how our two countries can work together to support greater collaboration between our institutions and researchers, to meet the industry and workforce challenges of the future,” she said.
Several areas of cooperation are outlined in the agreement; food and agriculture, energy, health and medicine, transportation, engineering products, maritime and social science. These are considered the priority industries to work on.
Kesepakatan AIC dengan Kementerian Riset Indonesia
Kekuatan model penelitian kolaboratif antara Australia dan Indonesia semakin diakui dengan penandatanganan kesepakatan yang menetapkan kerangka kerja untuk [penelitian] yang akan datang.
Kementerian Riset dan Teknologi / Badan Riset dan Inovasi Nasional (Ristek / BRIN) Republik Indonesia dan Monash University untuk Australia Indonesia Centre (AIC) hari ini telah menandatangani Nota Kesepakatan (MoA) yang akan memperkuat komitmen penelitian bersama dan saling menguntungkan yang didapat darinya.
AIC bekerja dengan para peneliti dari sebelas universitas – tujuh di Indonesia dan empat di Australia – dalam berbagai masalah sosial, ekonomi dan pembangunan yang penting bagi masyarakat lokal. Temuan dari [penelitian] ini digunakan untuk menginformasikan diskusi publik dan pertimbangan kebijakan.
MoA memberikan kerangka kerja untuk kolaborasi ini dan mencakup aspek yang lebih luas seperti potensi untuk menciptakan pusat penelitian yang unggul, potensi komersialisasi, dan pemahaman bahwa hubungan tersebut dimaksudkan untuk bertahan lama. Maksud dasar dari MoA adalah untuk menjalin kemitraan yang solid dan terlembaga antara universitas di kedua negara.
Penandatanganan virtual dilakukan oleh Dr Mego Pinandito, Sekretaris Kementerian Riset dan Teknologi / Badan Riset dan Inovasi Nasional dan Prof Abid Khan, Deputy Vice-Chancellor and Vice-President (Global Engagement) di hadapan Mr Harold Mitchell AC, Ketua Dewan Australia-Indonesia Centre dan Dr Eugene Sebastian, Direktur Eksekutif AIC.
“AIC memiliki catatan yang kuat dalam penelitian kolaboratif dan kami senang bahwa hal ini diakui dan didukung lebih lanjut oleh Pemerintah Indonesia dengan perjanjian formal ini,” menurut Dr. Sebastian.
“Kami menantikan potensi perjanjian ini dan membangun hubungan kuat yang telah dibuat antara universitas, komunitas, dan pemerintah.”
Pemerintah Australia telah mengakui komitmen Kementerian dan Lembaga Indonesia (Ristek / BRIN) untuk terlibat dalam kerja sama penelitian.
Menurut Elizabeth Campbell-Dorning, Konselor Pendidikan di Kedutaan Besar [Australia] di Jakarta, perjanjian tersebut adalah “gambaran besar tentang apa yang dapat dicapai Australia dan Indonesia bersama-sama.”
“Pekerjaan yang dilakukan Australia-Indonesia Centre (AIC) adalah contoh luar biasa tentang bagaimana kedua negara kita dapat bekerja sama untuk mendukung kolaborasi yang lebih besar antara lembaga dan peneliti kita, untuk memenuhi tantangan industri dan tenaga kerja di masa depan,” ungkapnya.
Beberapa bidang kerja sama dijabarkan dalam perjanjian tersebut; pangan dan pertanian, energi, kesehatan dan obat-obatan, transportasi, produk keteknikan, kelautan dan ilmu sosial. Ini dianggap industri prioritas untuk dikerjakan.